Sing Waras Aja Ngalah
Oleh: Cosmas Gun
Jurnalis, Relawan Antihoax Solo
Berita hoax (berita bohong) merajalela, bak jamur di musim
hujan. Hal ini ditambah dengan situasi politik yang semakin panas membara.
Berita benar dilumat berita bohong. Berita bohong menjadi idola baru para
pengejar rente kekuasaan dengan cara-cara yang jahat disebar di medsos. Ini
sungguh memprihatinkan, jika dibiarkan, yang benar jadi salah, yang salah jadi
benar.
Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik, berita hoax
menyebar di berbagai medsos, WA, FB, Twitter. Berita “ora nggenah”, kabar
ngibul, sengaja dibuat, untuk menghancurkan lawan-lawan politik. Dulu, saya
sering mendengar “politikus busuk”, yang identik dengan politikus yang korup
dan sering mengabaikan kepentingan masyarakat. Tahun
politik melahirkan tokoh-tokoh dadakan, mereka mendadak mengerti tentang apa
saja. Seolah menjadi orang pintar, apa
saja dikomentari, walau bukan bidangnya.
Di tengah keprihatinan itulah, hati saya agak merasa sejuk
setelah mendengar petuah dari Ulama Karismatik asal Rembang. Sebagai salah satu
relawan anti hoax di Solo, saya sepakat dengan kalimat bernas Gus Mus, panggilan
akrab KH Mustofa Bisri , yang menyatakan “Sing Waras Aja Ngalah.”
Pernyataan Gus Mus ini dilontarkan saat menjadi pembicara
Sarasehan Nasional Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) di Wisma
Perdamaian Semarang bertema "Melawan Hoax, Mengembalikan Jati Diri
Bangsa".
Sing Waras Aja Ngalah. Saya menterjemahkannya begini:
Kita yang memiliki pikiran jernih, memiliki akal sehat, mempunyai martabat, jangan lagi hanya diam di
tengah pusaran “berita hoax”. Sebab,
jika kita diam, maka mereka yang merasa tidak waras akan menangguk kemenangan. Mereka yang sengaja tidak waras (atau memang
tidak waras betulan), akan terus menebar kebohongan, menebar ancaman, menebar
ketakutan dengan mengorbankan orang lain, demi meraih kekuasaan, kepentingan
gerombolannya saja.
Saya sudah menjalani “Sing Waras Aja Ngalah” dengan memulai
hal-hal kecil dari lingkungan terkecil. Misalnya, saat rapat RT, saat ada urun
rembug, saya berbicara, “Bapak-bapak, jangan sebarkan berita hoax, berita
bohong. Ingat, kita hanya klik, ikut membagikan, ikut me-like, berarti sudah
mengorbankan ratusan, hingga jutaan warga Indonesia. Toh, kalau sampai ikut
sebar berita bohong, jika ditangkap, yang malu bukan hanya keluarga
bapak-bapak, tapi seluruh RT ikut menanggung malu.”
Ternyata, sambutan saya ini (walau saya awalnya takut juga)
mendapat sambutan positif. Mereka tak ada yang protes, itu artinya mengamini
dengan pernyataan saya. Apa yang sala
lakukan ini, hanya sebagian kecil, dari sekrup perlawanan melawan berita hoax.
Pengalaman lain lagi, saat di grup-grup, mulai dari grup
alumni sekolah, grup RT, grup apapun, kita harus siap menebar kedamaian. Ketika
ada berita hoax, apapun materinya, entah itu menyerang presiden, atau berita
yang menyerang tokoh-tokoh lain, harus kita lawan. Tentu, dengan data yang
valid, akan saya counter, dan saya bilang: “Itu hoax, ini berita yang
sebenarnya.”
Gaya saya yang melawan, tapi memberikan fakta, kadang
membuat saya dibenci, ada yang mengatakan sok alim, ada juga yang langsung
meng”kick” saya dari grup. Bagi saya, tak apa, toh, banyak grup yang masih
waras dan mau menerima saya.
Jadi, mulai sekarang, marilah kita melawan, jangan hanya
diam. Melawan pun dengan santun, dengan memberikan fakta-fakta yang ada. Jangan
sampai, bumi NKRI dikangkangi oknum-oknum tak waras yang ingin membumihanguskan
negeri pertiwi dengan berita hoax.
Maka, SING WARAS AJA NGALAH!
Surakarta, 26/5/2018
Komentar
Posting Komentar