SMP Negeri 2 Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah: Merenda Kreativitas, Menenun Harapan
Hasil karya siswa: Batik Tulis |
Menuju sekolah ini harus menempuh puluhan kilometer dari
arah kota Solo. Namun, jika dari arah kota Sragen harus menempuh 40 km. Wajar jika sekolah ini dianggap sebagai
sekolah pinggiran, artinya sekolah yang jauh dari kota Sragen. Lalu, bagaimana
sekolah ini bisa bangkit dan mencoba untuk tak mau kalah dengan sekolah kota?
Soal prestasi dan kreativitas, kita bisa berkaca dari sekolah inil.
Dalam menyambut HUT ke-20 SMP Negeri 2 Kalijambe, Sragen ini
menggelar kegiatan yang lain dari yang lain.
Yang paling menonjol adalah kegiatan workshop batik tulis. Tak ayal
lagi, siswa siswi pun antusias mengikuti worskshop ini.
Walau ada yang merasa kesulitan, toh mereka tetap tekun
mengikuti instruksi guru untuk mencoba membuat batik tulis. Destria Pangesti, siswi SMPN 2 Kalijambe,
menyatakan sangat senang walau pada awalnya merasa kesulitan untuk membatik.
Membatik menggunakan canting |
“Senang. Walau awalnya sulit, akhirnya bisa juga,” ucap
Destria.
Budaya bercerita, mendongeng, harus terus digalakkan. Sejak
adanya handphone android, sebagian siswa lebih asyik berselancar di dunia maya.
Nah, untuk menggalakkan literasi siswa, mendongeng menjadi cara yang ampuh dalam menghadapi perkembangan digital yang
begitu pesat.
Puspita, salah satu siswi kelas 6 dari MIN 7 Sragen, mengambil lakon Roro
Jonggrang. Ia bercerita dari awal hingga akhir kisah Roro Jonggrang, yang
sekarang menjadi situs terkenal Candi Prambanan.
Sekolah pinggiran juga tak pernah jauh dari klaim sebagian orang tentang kegiatan keagamaan
yang sedikit. Maka, digelarkah lomba MHQ. Nafis, yang ikut lomba dengan fasih
membacakan Surat Al Alaq.
Lomba mendongeng tingkat SD/MI |
“Saya senang bisa ikut lomba, juga untuk meningkatkan
membaca Al Quran,” katanya.
Kepala SMP N 2 Kalijambe Sragen, Suharno SPd MPd menyatakan,
kegiatan dimulai pagi hingga selesai. Apel pembukaan dengan atraksi Paskibra,
dilanjutkan lomba LCC, mendongeng, Murotal, tenis meja hingga workshop batik
tulis.
“Sebagai hiburan, ada peluncuran roket air,” kata Suharno
saat ditemui di kantornya.
Dikatakan Suharno, acara ini digelar dalam rangka HUT ke-20
SMPN 2 Kalijambe, Sragen. Lomba diikuti siswa-siswi dari tingkat SD/MI, hal ini
sekaligus mengenalkan lingkungan sekolah dan kegiatan-kegiatan SMP Negeri 2 Kalijambe. Sekolah ini terletak di
Donoyudan, Kalijambe, Sragen.
Persiapan sebelum lomba |
“Ke depan, sekolah kita sejajar dengan sekolah kota dalam
berbagai hal. Nilai-nilai keagamaan juga kita pertebal, agar imbang antara
akademin dan non akademis,” kata Suharno.
Johan Wahyudi, guru Bahasa Indonesia, yang telah memiliki
prestasi di tingkat nasional,
mengungkapkan walau sekolah berada di pinggiran, tetapi berusaha tampil
inovatif dan kreatif di segala hal.
Untuk lomba MHQ dimaksudkan agar siswa rajin membaca Al Quran, dan harapannya
dapat meningkatkan ukhuwah Islamiyah.
“Sekolah ini terletak 40 km dari kota Sragen, sekolah
pinggiran, berbatasan dengan Boyolali. Kami ingin menunjukkan eksistensi
sekolah kami, bahwa kami bisa dan berbeda, memiliki prestasi yang tak kalah
dengan sekolah kota,” kata Johan Wahyudi.
Meluncurkan roket air |
Yang luar biasa, sekolah memiliki ekstra kurikuler
jurnalistik. Siswa sejak dini mendapat pelajaran tentang menulis, membuat
puisi, membuat berita. Ibaratnya, sejak dini dilatih sebagai jurnalis. Tak
heran jika ada anak-anak yang piawai di bidang jurnalistik, dan menang di
berbagai lomba, mengalahkan sekolah di perkotaan.
Pada hari itu juga, siswa-siswi sudah belajar berwirausaha.
Ada yang berjualan minuman sirup dengan
es serut, yang lain jualan lotis. Ini membuktikan, sekolah ini mencoba untuk
menghasilkan calon entrepreneurship. Harapannya, lulus sekolah bisa melanjutkan
ke pendidikan yang lebih tinggi dan menghasilkan wirausaha mandiri.
Luar biasa, bukan? Sekolah pinggiran, tetapi prestasi dan
inovasinya tak mau kalah dengan sekolah yang berada di perkotaan.
Gunharjo
Komentar
Posting Komentar