SMPN 1 Grogol Sukoharjo


Berjuang 7 Tahun, Sabet Adiwiyata Nasional

Pada mulanya menghijaukan lingkungan sekolah dan cinta lingkungan bukan dimaksudkan untuk ajang lomba. Tujuan awalnya agar belajar nyaman, sekolah teduh, sejuk, tidak gersang, pembiasaan cinta lingkungan jadi budaya sehari-hari.  
Hasilnya? SMPN 1 Grogol Sukoharjo berhasil meraih penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional 2018 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Menteri Pendidikan dan  Kebudayaan pada 21 Desember 2018, di Jakarta.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo Agus Suprapto menuturkan penghargaan Adiwiyata Nasional diberikan kepada sekolah yang telah melaksanakan Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan baik. Penghargaan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.577/MENLHK/P2SDM/SDM.2/12/2018.
Kepala Sekolah Kris Budiyono SPd MPd, yang ditemui wartawan GENTA menyatakan upaya menghijaukan lingkungan sekolah dilakukan selama hampir 7 tahun tanpa henti, tanpa mengenal lelah. Siswa, guru, kepala sekolah, staf, komite, warga masyarakat bahu membahu menghijaukan lingkungan sekolah. Tanaman hias, tanaman buah-buahan, hingga apotik hidup ada.
“Ini perjuangan semua pihak, para guru dan staf bekerja tanpa mengenal lelah, bekerja secara ikhlas. Bahkan, banyak yang harus lembur hingga malam hari, dan itu berlangsung lama. Penghargaan Adiwiyata Nasional bukan langsung jadi, instan begitu saja. Tetapi bagian dari proses perjuangan yang panjang. Waktu 7 tahun untuk menjadikan lingkungan asri, hijau, nyaman, bukan waktu yang singkat,” kata Kris Budiyono, didampingi tim Adiwiyata SMPN 1 Grogol di antaranya Sri Bejo selaku ketua, Mulyani SPd wakil ketua, Bekti Dwi Hastuti SPd  sekretaris, Endang M bagian administrasi.
Berbagai langkah telah dilakukan, di antaranya menanam pohon sejak 2011. Pohon yang ditanam pun rata-rata sudah besar dan siap berbuah, ada kelengkeng, mangga, dan lainnya. Harganya pun sudah mahal minimal Rp 500rb dan ada yang berharga Rp 1,5 juta.
“Target kami, sekolah segera hijau, rindang, dan sejuk. Jadi, kami beli pohon yang sudah besar. Untuk menjadi rindang, itu pun butuh waktu 7 tahun. Jadi butuh proses,” ujar Kris Budiyono.
Langkah kedua, membuat pengolah sampah. Semua sampah daun diolah menjadi pupuk kompos. Sementara sampah plastik dijadikan ketrampilan: bunga, hiasan, hingga pakaian. Ketiga, membuat biopori jumlahnya puluhan. Tak lupa membuat sumur resapan. Walau baru ada 2 buah sumur resapan, tetapi saat hujan bisa untuk mengurangi genangan air.
Mulyani, wakil ketua Tim Adiwiyata, mengaku bangga dengan prestasi tersebut. Sejak awal, dirinya sangat peduli  lingkungan. Maka, bersama siswa-siswi ia memanfaatkan barang bekas berupa botol plastik untuk dijadikan karya berharga. Hal ini bagian dari program 3 R: 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Prestasi siswa pun meroket, hingga menjadi Duta Sanitasi Jawa Tengah.
Sri Bejo SPd, selaku ketua tim Adiwiyata bersyukur dan bangga atas prestasi yang diraih sekolah. Yang utama, prestasi Adiwiyata Nasional bisa menjadi obat lelah berjuang selama 7 tahun.
“Yah... saya hanya pelaksana, semua ini berhasil berkat kerja keras semua pihak,” tutur Sri Bejo merendah.
Bekti Dwi Hastuti, sekretaris tim, juga rajin mengunggah berbagai hal terkait program Adiwiyata di blog-nya. Ia menulis apa saja tentang Adiwiyata. Hasil karya siswa juga dipajang di blog tersebut.
Sementara Endang, bagian administrasi, merasa lega atas prestasi Adiwiyata Nasional. Pasalnya, bersama rekan-rekan guru dan staf lainnya, ia rela lembur hingga jam 8 malam.
“Yah... Ini buah kerja keras, hingga sering lembur  merupakan hal biasa. Administrasi juga melelahkan karena banyak kriteria yang harus dibuat, dan harus diupload via internet. Kini, semuanya sudah terobati,” kata Endang.
GENTA pun berkesempatan diajak keliling Kepala Sekolah. Hampir semua lahan penuh dengan tanaman, besar, kecil, hingga tanaman hias. Prinsipnya, semua yang bisa ditanam ya ditanam. Tak ada lahan tersisa. Tiap kelas pun ada taman kelas. Semua terlibat.
Kris Budiyono berterima kasih kepada semua pihak, Dinas Lingkungan Hidup, Kabid SMP Drs Dwi Atmojo Heri, Kepala Dinas Pendidikan Sukoharjo Drs Darno, komite sekolah, perusahan di sekitar sekolah, guru dan staf, siswa, dan orang tua siswa.
Linggar, salah satu siswa mengaku bangga atas prestasi Adiwiyata Nasional.
“Bangga, setiap hari selalu melaksanakan program cinta lingkungan,” kata Linggar.
GENTA langsung mengetes Linggar, apakah sudah melaksanakan sebagai tim Adiwiyata. Dengan bergegas, ia merogoh kantong saku celananya, berisi sampah plastik. Itu bukti, ia tidak membuang sampah sembarangan. Wow... luar biasa bukan?
Harapan ke depan, Sekolah Adiwiyata Nasional bukan sekadar penghargaan semata-mata, tetapi menjadi budaya, menjadi pembiasaan untuk cinta lingkungan sejak dini. Siswa dan guru menerapkan konsep peduli dan berbudaya lingkungan.
Sekolah lainnya pun dapat terpacu untuk meraih Sekolah Adiwiyata yang berjenjang: Sekolah Adiwiyata Kabupaten, Sekolah Adiwiyata Provinsi dan Sekolah Adiwiyata Nasional.
“Sekarang ini sekolah kami menjadi Sekolah Rujukan. Jadi, banyak sekolah lain yang menimba ilmu ke sekolah kami, agar meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata,” kata Kris Budiyono.
Perlu diketahui, saat maju ke tingkat nasional diwakili empat sekolah yaitu MIN Jetis Sukoharjo, SMPN 1 Sukoharjo, SMPN 1 Grogol dan SD Tarakanita Grogol. Dari keempat sekolah, Sekolah Adiwiyata Nasional diraih SMPN 1 Grogol dan MIN Jetis Sukoharjo.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, mengungkapkan program Adiwiyata untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup. Menurutnya, Adiwiyata sebagai tempat yang ideal seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam kehidupan sosial terutama bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Program Adiwiyata untuk mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
Penyerahan Penghargaan Adiwiyata Mandiri dan Adiwiyata Nasional tahun ini merupakan yang ke-13 kalinya, sejak pelaksanaan pertama tahun 2006 yang lalu. Dengan diikuti 875 sekolah (784 sekolah negeri dan 91 sekolah swasta) di 273 kota/kabupaten 32 propinsi  yang diusulkan oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional.
GUNHARJO










Prestasi kembali diraih Kabupaten Sukoharjo dipenghujung akhir tahun 2018 lalu. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Menteri Pendidikan dan  Kebudayaan pada tanggal 21 Desember 2018 memberikan penghargaan dua sekolah di Kabupaten Sukoharjo yakni SMPN 1 Grogol dan MIN Jetis Sekolah  
untuk menerima penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional Tahun 2018 bertempat di Manggala Wana Bhakti Jakarta.

Seperti diketahui,  sebelumnya empat sekolah di Kabupaten Sukoharjo maju lomba sekolah adiwiyata tingkat nasional tersebut yakni MIN 2 Sukoharjo, SMPN  
1 Sukoharjo, SMPN 1 Grogol dan SD Tarakanita Grogol, akhirnya terpilih dua sekolah.

Ada beberapa penilaian akan dilakukan tim penilai dari pusat terhadap peserta lomba sekolah adiwiyata. Penilaiannya seperti pengelolaan sampah,  
penghijauan, meminimalkan sampah plastik. Selain itu juga berkaitan dengan administrasi. Selain sampah program penghijauan juga dijalankan dengan  
melakukan penanaman pohon di lingkungan sekolah. Berbagai jenis tanaman seperti hias, buah dan lainnya sudah ditanam secara rapi.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo Agus Suprapto mengatakan, penghargaan tersebut diberikan kepada sekolah yang telah melaksanakan  
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan baik. Penghargaan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan  
Kehutanan Nomor SK.577/MENLHK/P2SDM/SDM.2/12/2018.”Tentunya prestasi ini patut disyukuri dan dibanggakan bagi Sukoharjo karena ada dua sekolah  
yang berprestasi,” ujar Agus, Rabu (9/1).

Menurutnya, penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional diberikan kepada sekolah yang telah menerapkan konsep sekolah yang peduli dan berbudaya  
lingkungan yang meliputi kurikulum, anggaran sekolah yang berbasis lingkungan serta sarana prasarana sekolah yang berwawasan lingkungan. Hal itu  
sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Sekolah Adiwiyata.

Penghargaan tersebut diharapkan memicu sekolah lain untuk menjadi Sekolah Adiwiyata yang dilaksanakan secara berjenjang. Meliputi Sekolah Adiwiyata  
Kabupaten, Sekolah Adiwiyata Provinsi dan Sekolah Adiwiyata Nasional.”Dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup sejak usia sekolah ini diharapkan akan  
meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Sukoharjo,” pungka Agus.

Demikian informasi yang disampaikan oleh Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Sukoharjo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nining Mariyaningsih SPd MPd: Pembelajaran Inovatif Si “Apem Manis”

SMP Negeri 2 Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah: Merenda Kreativitas, Menenun Harapan

Endang Rahayu MH SPd MPd, Putri Gunung Merapi Pengoleksi Prestasi